News Update :

[Inspirasi Luar Biasa] Kreatif ala Tukang Becak

Rabu, 27 Februari 2013


Oleh: Mugito Guido



Hari Minggu siang itu saya jalan-jalan ke kota Jombang, Jawa Timur. Tiba-tiba ban motor vespa tua saya bocor. Tidak ada jalan lain kecuali menepi. Untung saja tidak jauh dari tempat itu ada tukang tambal ban. Kalau tidak, saya mesti berjuang lebih keras mencari ‘penyelamat’ ke tempat lain.

Di tempat itu juga ada tiga becak sedang parkir dengan dua orang bapak yang sedang mangkal menunggu penumpang. Mungkin yang seorang sedang pergi sebentar , entah ke mana. Di sebelah kiri tukang tambal ban ada warung kopi. Segera saja saya duduk di bangku warung kopi itu. “Sambil menunggu, sekalian ngopi dulu,” pikir saya.

Sambil sesekali nyruput kopi dari cangkir, saya mengamati “dokter ban” itu melakukan tugasnya. Peralatannya sederhana, cukit besi pembuka ban, gergaji besi bekas, kompon, lem dan tungku pemanas, serta beberapa kunci. Di dekat kotak kayu markas peralatan, ada pompa tangan yang sudah tua dan sebuah kompresor ukuran ¾ PK warna oranye.

Setelah ban luar dibuka, ban dalam dideteksi mana yang bocor. Nah, ketemu sudah! Bagian itu lalu dikerok sedikit dengan gergaji, diberi lem, ditempeli kompon dan masuk ke tungku pemanas untuk beberapa waktu.

Ketika proses pemanasan berlangsung, tiba-tiba ada seorang ibu datang. Rupanya ia minta diantar dengan becak ke suatu tempat. Tukang tambal ban tadi langsung menyambar salah satu becak dan mengangkut penumpang itu.

“Eee … eee… mau ke mana pak ? Gimana dengan ban motor saya ini ?” teriak saya. “Kalau ditinggal pergi terus berapa lama saya mesti menunggu sampeyan (Anda) kembali?”

“Nggih (ya) … ,” cuma itu yang diucapkan bapak itu dan ia terus standing and terbang (maksudnya: genjot dan pergi).

Ternyata salah seorang bapak tukang becak yang lagi nongkrong di situ menggantikan tugas tukang ban. Ia mengangkat ban bocor itu dari tungku pemanas, membersihkan dan mengetes apakah sudah tidak ada yang bocor. Ban dipasang kembali. Motor saya sembuh lagi dan saya siap go on.

Saya bayar ongkos dan mau pergi. Tapi kemudian saya mengurungkan niat saya. Semula yang terlintas dalam benak saya mereka itu cuma saling membantu. Karena ya begitulah kehidupan orang kecil, bisa lebih saling tolong dan saling bantu.

Ternyata saya salah, begini lah ceritanya:

Ketiga orang itu sama-sama bekerja sebagai tukang becak. Mereka menyadari semakin hari semakin susah saja mendapatkan penumpang. Sudah pasti kian sedikit pula uang yang dapat dibawa pulang. Nah, dari pada mereka saling bengong saat menunggu penumpang, mereka sepakat menciptakan diversifikasi usaha.

Mereka secara patungan mengumpulkan sebagian uang dari hasil menarik becak. Uang itu lantas dibelikan peralatan tambal ban. Selain mangkal menunggu penumpang, mereka juga berharap rejeki dari jasa tambal ban.

Cara kerjanya diatur. Yang sedang tidak mendapat urutan untuk mengantar penumpang, ia harus stand by di markas. Tidak untuk tidur, tapi untuk menambal ban bila ada orang membutuhkan jasanya. Demikianlah seterusnya, yang sudah dapat penumpang mesti balik lagi dan siap ganti jadi tukang ban. Jadi, selain sebagai tukang becak mereka juga jadi tukang tambal ban. Hasil dari menambal ban ini dibagi tiga.

“Lumayan mas, bisa untuk menyangga dandang (periuk nasi) di dapur,” ujar salah satu dari mereka.

Saya tersenyum. Wah, kreatif juga mereka ya memanfaatkan waktu luangnya. Belajar hal yang baik bisa kepada siapa saja, termasuk kepada bapak tukang becak ini.

****

Sumber: http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2013/02/26/belajar-kreatif-dari-tukang-becak-537461.html
Share this Article on :

0 komentar:

Posting Komentar

 

© Copyright Situs Motivasi dan Inspirasi 2010 -2011 | Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates | Powered by Blogger.com.